HANG Out atawa nongkrong biasanya asyik ditemani secangkir kopi plus rokok. Tapi, di kota pelajar Yogyakarta, ada tempat nongkrong yang sajiannya berupa susu murni nan segar sebagai menu andalannya.
Tempat nongkrong itu namanya kedai susu Kalimilk atau Kaliurang Milk. Jangan salah duga, walaupun namanya Kaliurang Milk, lokasinya bukan di Kaliurang, tapi di Jl. Lempongsari Raya No. 251, Monjali, Sleman.
Di kedai susu tersebut, tersedia hidangan utama berupa susu sapi segar namun dengan banyak variasi rasa susu, seperti rasa jeruk, coco pandan, nangka, durian, sampai rasa cookies seperti mocca, caramel, dan green tea. Bagi yang nggak suka susu, Kalimilk juga punya Blackcurrent Ice Tea yang nggak kalah segarnya. Selain itu, ada juga menu makanan seperti sandwich, omelets, fettucini dan lain-lain.
Dengan kisaran harga Rp. 8.000-Rp. 15.000, Kalimilk selalu ramai dikunjungi anak muda Yogya. Bahkan saat akhir pekan, pengunjung sering kali harus antri untuk dapat tempat duduk, saking penuhnya.
Siapa sangka, dibalik kesuksesan Kaliurang Milk tersebut adalah seorang anak muda Jakarta yang pernah tersandung narkoba. Dialah Fauzan Rachmansyah, seorang pria kelahiran Jakarta, pada 17 Januari 1985.
Tahun 2003 lalu, Fauzan "Diungsikan" ayahnya dari Jakarta ke Yogyakarta karena saat sekolah di SMP dan SMA terjerat narkoba. Di Yogyakarta, Fauzan kuliah di Fakultas hukum Universitas Islam Indonesia (UII). Tahun 2004, Fauzan lagi-lagi diberi cobaan, ayahnya meninggal dunia. Akibatnya, Fauzan dituntut mandiri.
Demi memenuhi kebutuhan hidup dan juga kuliahnya, Fauzan mencoba berbagai pekerjaan, mulai dari berjualan sepatu, sepeda, spare parts motor, hingga menjadi supir truk. Selanjutnya, ia ditawari menjadi seorang marketing oleh salah seorang kerabatnya yang memiliki perusahaan.
Perlahan tapi pasti, Fauzan mulai menata hidupnya lagi. Tahun 2007, bermodalkan pinjaman Rp70 juta, Fauzan menikah secara sederhana, membeli tanah di kawasan Wonorejo, Kabupaten Sleman yang digunakan untuk membangun rumah dan peternakan sapi.
Ia memang memutuskan untuk menjadi pengusaha susu sapi. Hal itu tak lepas dari keprihatinannya terhadap rendahnya konsumsi susu sapi oleh masyarakat Indonesia serta harga susu murni yang terlalu rendah.
Dari para peternak susu, ia banyak mendengar keluhan soal rendahnya harga susu. Harga pakan sapi yang terlampau mahal, tak seimbang dengan harga susu di pasaran sebesar Rp 2.900 per liter. "Susu yang berkualitas bagus pun tidak mempunyai harga bagus," imbuhnya.
Fauzan juga berbisnis dengan berpegang pada informasi. Ia melihat bahwa konsumsi susu orang Indonesia relatif sedikit, hanya 5,6 kilogram per kapita pada 2009. "Angka itu sudah dicapai Malaysia pada 1961," ucapnya suatu saat.
Padahal, menurutnya, konsumsi susu di negara-negara maju sudah tinggi, sedangkan di Indonesia sebagai produsen susu, konsumsi susu justru rendah. "Kita harus ciptakan gaya hidup minum susu," tegasnya.
Pendek cerita, sisa uang pinjaman ia gunakan membeli beberpa ekor sapi yang selanjutnya ia kembangbiakan, sehingga tahun 2010 bertambah menjadi 52 ekor. Setiap tamu dan kerabat yang datang ke peternakannya, selalu mendapatkan suguhan susu hasil peternakannya, bahkan istrinya sering menambahkan rasa buah-buahan seperti jambu, anggur, jeruk dan lainnya.
"Banyak tamu dan kerabat yang bilang susunya enak, kenapa tidak dijual saja? Dari sanalah ide ingin menjual susu yang akan diberi nama Kalimilk," ungkapnya.
Kerja sama dengan peternak
Fauzan sengaja menggunakan nama Kaliurang Milk sebagai brand karena pasokan susu segar yang digunakan setiap harinya berasal dari para petani sapi perah yang berada di desa Wonorejo dan Kaliboyong (sekitar Kaliurang). Setiap harinya Fauzan membutuhkan kurang lebih 280 liter susu sapi segar yang diproduksi para petani serta dari hasil perahan 42 ekor sapi yang Ia miliki.
Rencana awalnya, Kalimilk baru akan dibuka awal 2011. Namun terganggu oleh letusan merapi menerjang kota Yogyakarta tahun 2010 sehingga sebanyak 12 ekor sapinya pun mati dan lainnya menurun produktivitasnya. Tapi peristiwa itu justru membuat Fauzan mempercepat pembukaan Kalimilk pada tahun 2010.
Baru berjalan 3 bulan, Kalimilk berhasil mengalami beberapa kali perluasan tempat hingga mampu menampung sekitar 100 orang. Sehari omsetnya rata-rata mencapai Rp10 juta atau rata-rata sedkitar Rp1,1 miliar setahun.
Bahkan tidak hanya itu saja inovasi yang berhasil dilakukan Fauzan. Susu murni yang ia produksi kini mulai dikembangkannya menjadi produk turunan unik seperti yoghurt dan es krim, Bahkan Fauzan berencana membuat keju.
Meski sudah cukup sukses, Fauzan ternyata belum puas. Targetnya mencapai omset Rp15 juta perhari membuatnya terus melakukan evaluasi dan inovasi. Beberapa stateginya adalah menambah pasokan susu dari para petani yang ada di kawasan Kaliboyong dan Wonorejo, hal ini juga sekaligus pengoptimalisasian terhadap petani susu.
Ia juga rajin mempromosikan susu kalimilk sehingga semakin banyak yang mengenal produk dalam negeri itu. Target lain yang belum tercapai adalah, Fauzan ingin membangun 6 outlet susu di Yogyakarta dan juga Jakarta.
Berkat prestasi dan mimpi besarnya ini, Fauzan berhasil mendapat penghargaan sebagai "Juara I Tingkat Nasional Wirausaha Muda Mandiri (WMM)" ditahun 2011.
Ia membutuhkan sekitar 280 liter susu per hari untuk memenuhi permintaan konsumen. Untuk itu, ia pun menambah pasokan susu dari para petani di kawasan Kaliboyong dan Wonorejo. "Susu mereka kami hargai Rp 4.000 per liter," ucapnya.
Ia mengutamakan kepuasan konsumen atas produknya. Karena itu pula ia berniat menambah lima sampai enam warung lagi di DIY, dan akan membangun warung serupa di Jakarta. Yanuar Jatnika/Berbagai sumber/Dimuat di Harian Umum Jurnal Nasional, 10 Oktober 2013
sangat inspiratif sekali
BalasHapus