Langsung ke konten utama

Wempy Dyocta Koto: Go International kan Pengusaha Indonesia


The latest from Wempy Dyocta Koto (@wempydyoctakoto). I am the CEO of Wardour and Oxford, helping entrepreneurs make money around the world.

Kicauan di Twitter itu berasal dari akun Wempy Dyocta Koto. Pria ini memang pendiri dan sekaligus Chief of Officer (CEO) Wardour and Oxford, sebuah konsultan pengembangan bisnis yang berpusat di London, dan menjadi executive director di banyak perusahaan. Selama 15 tahun berkarir, ia membantu banyak merek internasional untuk semakin mendunia, seperti American Express, Citi Group, Samsung, LG, Microsoft, Sony, Adidas, Nokia, HP, Motorola, Nikon, dan beberapa brand lainnya.

Wempy sebenarnya kelahiran Jakarta pada 14 Oktober 1976. Namun, ia dibesarkan di Australia dan pernah tinggal dan bekerja di Singapura, Hong Kong, London, San Fransisco dan New York.
Akhir tahun 2012 lalu, Sarjana Komunikasi dari University of Technology Sydney (1998 ) dan M. International Studies, University of Sydney (1999)ini akan tinggal di Jakarta dalam beberapa tahun.

"Nyaris seluruh hidup saya dihabiskan di luar negeri. Pekerjaan saya sebagai konsultan manajemen membantu banyak perusahaan meluncurkan produknya secara internasional. Lama-lama terpikir, sebagai WNI, kok, saya malah belum pernah membantu perusahaan Indonesia untuk launching produknya, "ujarnya beberapa waktu lalu.

November tahun lalu, bersama konsultan bisnis ThinkTank!, Wempy menggagas Banyuwangi Jazz Festival yang digagas dalam rangka ulang tahun Kota Banyuwangi. "Ini pilot project untuk menggarap daerah lain di Indonesia dengan pendekatan berbeda. Saya juga bantu Voila! sebuah digital agency di Jakarta untuk meluncurkan banyak produk di seluruh dunia, "katanya.

Namun, upayanya membantu perusahaan Indonesia untuk Go International, telah dilakukan tiga tahun lalu saat jadi pembicara kompetisi enterpreneurship di ITB Bandung. Di sana, ia bertemu dengan Hendi Setiono, CEO Kebab Turki Baba Rafi. Dalam pembicaraan keduanya, Hendi bercerita, bahwa dirinya sudah banyak berinvestasi dan launching Kebab Turki Baba Rafi di luar negeri, tapi hasil deal -nya kurang sukses.

"Hal ini membuat saya bertekad harus kembali ke Indonesia. Saya sering meluncurkan produk perusahaan luar negeri ke berbagai negara, termasuk ke Indonesia. Tapi belum pernah sebaliknya. Sepakat dengan Pak Hendi, selama setahun saya siapkan strategi untuk ekspansi bisnis Kebab Turki Baba Rafi ke pasar Asia. Tidak mudah awalnya, sebab selama ini Indonesia lebih dikenal hasil alamnya, "tuturnya.

Wardour And Oxford saat ini telah meluncurkan 7 outlet Kebab Turki Baba Rafi di Malaysia, 2 outlet di Filipina. Wardour and Oxford juga saat ini membantu pendirian 2 outlet Ayam Bakar Mas Mono di Malaysia dan 2 outlet Piramizza di Malaysia. Wardour And Oxford juga akan menangani peluncuran internasional sebuah restoran Indonesia yang lain yaitu Bebek Garang yang akan difokuskan di Asia Tenggara.


 
Merek harus ngetop
Namun, dalam mengembangkan bisnis pengusaha Indonesia, ia menekankan, para pengusaha jangan hanya bangga melihat merek bisnisnya di luar negeri. Padahal, banyak dari mereka tidak dapat fee alias gratis. "Saya tidak mau ini terjadi pada klien saya. Contoh, Baba Rafi merintis selama 10 tahun bisnis pasti ada naik-turunnya. Investor luar negeri harus menghargai itu, "tegasnya.

Wempy menekankan akan mengoptimalkan koneksi investor, tapi harus fair dengan membayar master franchise fee . Investor juga boleh memperbanyak cabang asal tetap bayar kepada pemilik merek. Pemilik juga dapat keuntungan dari tiap pembelian produk. Dengan begitu, investor terpacu untuk mempertahankan bisnis tersebut.

Namun, Wempy tak sembarang mengajak pengusaha Indonesia go international. Wempy menyaratkan, merek harus sudah ngetop di masyarakat Indonesia, punya SOP (standard operating procedure), dan export quality. "Usahanya punya satu atau ratusan cabang, itu bukan patokan. Yang juga penting, saya suka mereknya, "katanya.

Contoh, jika suatu produk makanan Indonesia rasanya memang betul-betul enak, maka ketika dikenalkan ke para investor, Wempy secara jujur menjelaskan kualitas produknya. "Saya tidak asal jual ke investor sebab saya harus teliti keinginan mereka, juga kesiapan pasar di sana untuk merek Indonesia. Untuk apa dapat uang short term , tapi long term -nya bermasalah, "paparnya.

Wempy juga terus membimbing usaha klien. Untuk bisa bersaing, selain kekuatan merek, penting juga punya komitmen kuat untuk tumbuh. "Salah satu hal hebat tentang Indonesia adalah makanan. Di mana pun tempatnya, saya optimis makanan Indonesia dinilai enak dan talenta orang Indonesia itu potensial, "katanya.

Wardour And Oxford aktif terlibat dalam pengembangan momentum usaha harian. Termasuk di dalamnya, generasi memimpin global, penjualan, pemasaran, komunikasi digital dan offline, hubungan masyarakat, peristiwa, pengaturan perjanjian tingkat tinggi dan menghubungkan klien dengan bisnis, politik, kreatif, hiburan dan koneksi kerajaan di Benua Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, Eropa dan Afrika.

Selain terjun dalam parktek pengembangan bisnis, Wempy juga aktif menjadi penulis artikel bisnis di media internasional sertamenjadipembicaratamudiberbagai universitas dan organisasi organisasi bisnis dan entrepreneurship seluruh dunia.

Beberapa bulan lalu, Wempy memperoleh Asia Pacific Entrepreneurship Awards '2013, sebuah penghargaan yang sebelumnya juga diberikan pada beberapa pengusaha terbesar Indonesia, seperti Jusuf Kalla, Chairul Tanjung, Sandiaga Uno, Ciputra dan Mochtar Riady. Yanuar Jatnika/Berbagai sumber /Dimuat di harian Jurnal Nasional edisi 9 September 2013





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Shinta W Dhanuwardoyo: Sang Srikandi Dunia Maya

Ketika Shinta Witoyo Dhanuwardoyo memutuskan menjadi pengusaha di ranah industri digital 18 tahun lalu, Indonesia terbilang masih awam dengan internet. Namun, naluri membimbingnya dengan jitu. Setelah jatuh bangun belasan tahun, Shinta kini berupaya mengerek Indonesia sebagai pemain dalam peta global industri digital. Tahun 2009 lalu, Shinta masuk dalam 99 Most Powerful Women 2009 versi Majalah Globe Asia Selepas tengah hari di kantor Bubu.com di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Shinta muncul di ruang tamu dengan perbawanya yang anggun. Rangkapan atasan longgar yang dikenakannya berayun mengikuti gerak tubuhnya. Sinar wajah Shinta yang sedikit melankolik tertangkap di awal pertemuan. Namun, rona melankolik itu sontak berubah jauh lebih bersemangat ketika dirinya mulai menerangkan soal industri digital. Cara bicaranya teratur, dengan tempo sedang, dan sarat kepercayaan diri. Selepas lulus sebagai sarjana arsitektur, Shinta mengajukan diri kepada ayahnya, Edi Witoyo

Ridwan Jasin Zachrie: Segala Sesuatu Mesti Good Governance

KALAU ingin sukses dalam berkarir dan dalam kehidupan, bersikaplah dinamis, Jangan pasif dan statis. Jangan pernah berhenti berkarya dan belajar serta jangan ragu untuk berbuat hal positif. Prinsip hidup itulah yang mungkin membawa Ridwan Jasin Zachrie sukses menduduki berbagai jabatan puncak di beberapa perusahaan yang berbeda sektor bisnisnya. Sejumlah sektor bisnis pernah digeluti oleh pria pelontos ini, bahkan sempat menjadi diplomat. Pria kelahiran Jakarta, 27 April 1969 ini juga merupakan salah satu pengibar bendera Recapital. Ridwan sempat menduduki jabatan penting di Recapital Group, perusahaan investasi yang dimiliki pengusaha muda Sandiaga Salahuddin Uno dan Rosan P Roslani. Ridwan pernah menjadi komisaris di PT Asuransi Jiwa Recapital (2007-2011), hingga menjadi managing director di PT Recapital Advisors - Recapital Group (2006-2011). Sejak 2008, dia pun dipercaya menjadi salah satu komisaris di PT Recapital Securities. Ridwan juga sempat dipercaya menj

Hirotada Ototake: Tak Perlu Lahir Normal untuk Bahagia

Awal April 2016 lalu, sebuah harian di Jepang memberitakan, Hirotada Ototake siap mengikuti pemilihan anggota parlemen Jepang dari Partai Demokrat-Liberal yang berkuasa saat ini di Jepang. Bila terpilih, Ototake menjadi penyandang disabilitas pertama yang jadi anggota parlemen Jepang.  Ototake memang penyandang disabilitas. Lelaki kelahiran Shinjuku, Tokyo, Jepang, pada  6 April 1976 itu, sejak lahir mengidap Tetra Amelia Syndrome, yakni kelainan bawaan yang langka yang membuat pengidapnya tak mempunyai lengan dan kaki. Walaupun begitu, secara kapabilitas, Ototake sangat pantas masuk jadi anggota parlemen. Dalam 15 tahun terakhir ini, Ototake sukses mengukir  prestasi sebagai penyiar televisi, wartawan olahraga, penulis buku, dan motivator. Tahun 1998 lalu, ia menulis buku autobigrafi yang menceritakan tentang bagaimana perjalanan hidupnya yang tanpa lengan dan kaki mampu menjalani kehidupan normal, menjalani pendidikan di sekolah-sekolah favorit dan lantas meniti k