HARAPAN akan adanya perubahan menuju kehidupan yang lebih baik kini
timbul di sebagian besar warga Ukraina. Setelah krisis politik yang
berimbas ke krisis ekonomi selama kurang lebih enam bulan, Negara
pecahan Uni Soviet tersebut meletakkan harapannya pada Petro
Oleksiyovych Poroshenko.
Pria berusia 48 tahun ini, pada Sabtu (7/6) pekan lalu, dilantik dan diambil sumpahnya sebagai presiden baru Ukraina menggantikan Presiden Viktor Yanukovych yang ditumbangkan oleh kelompok oposisi pro Uni Eropa. Dalam pemilihan presiden yang digelar pada 25 Mei lalu, Poroshenko memenangkan suara mayoritas dengan perolehan 54,7 persen.
Poroshenko bukan orang asing di jagat politik dan ekonomi Ukraina. SeperAFP, Minggu (8/6/2014), ia selama ini merupakan salah satu 10 orang terkaya di negerinya dengan kekayaan ditaksir US$ 1,6 miliar atau 1,2 miliar Euro atau sekitar Rp 16 triliun berdasarkan majalah Forbes pada Maret 2012.
ti dikutip dari
Poroshenko lahir di kota Bolhrad, Oblast Odessa, pada 26 September 1965 dan dibesarkan di kota Vinnytsia di Ukraina tengah. Pada tahun 1989, ia lulus dari jurusan ekonomi departemen hubungan internasional dan hukum (Kini menjadi Institut Hubungan Internasional) di Universitas Negeri Kiev.
Setelah lulus, Poroshenko merintis bisnis penjualan biji kakao. Pada tahun 1990-an, ia mengambil alih beberapa perusahaan permen yang kemudian disatukan menjadi grup Roshen Confectionary Corporation (RCC), perusahaan produsen permen terbesar di Ukraina bahkan di Eropa Timur dengan produksi 450.000 ton permen per tahun. Kesuksesannya di industri permen membuatnya dijuluki "Raja Cokelat".
Sukses di bisnis coklat, Poroshenko lantas merambah berbagai bidang bisnis, antara lain usaha pembuatan mobil dan bus, galangan kapal, jaringan TV. Awalnya, sejumlah bisnis tersebut dissatukan di berbagai holding, seperti Grup Bogdan, Grup Roshen, Lima Kanal, dam Leninska Kuznya. Namun, pada April 2012, semua bisnisnya disatukan hanya di Roshen Group.
Saat ini, Roshen menempati
urutan ke-20 dalam Top 100 Industri Permen tahun lalu, dengan volume
produksi melampaui 450.000 ton dan pendapatan mencapai US$ 1,0 miliar,
meskipun laba bersihnya menurun 20 persen setelah bersengkarut hukum
berkaitan dengan paten merek, dengan perusahaan Rusia United
Confectioners.
Roshen punya empat pabrik di Ukraina (Kiev, Vinnitsa, Mariupol dan Kremenchuk), dua di Rusia (Lipetsk), satu di Lithuania (Klaipeda), satu di Hongaria (Budapest). Produk-produk Roshen menguasai pasar negara-negara bekas Uni Sovyet dan Eropa Timur.
Masuk Politik
Sedangkan kiprahnya di dunia politik dimulai pada tahun 1998 sebagai anggota parlemen pendukung setia Presiden Leonid Kuchma. Poroshenko menjabat sebagai Menteri Luar Negeri sejak 2009 sampai 2010, dan Menteri Pembangunan Ekonomi dan Perdagangan pada tahun 2012. Sejak 2007 sampai 2012, ia menjadi ketua Dewan Bank Nasional Ukraina.
Sebagai pebisnis tajir, setelah menduduki kursi presiden, Poroshenko kemungkinan lebih pragmatis dan luwes. Ia pun diharapkan dapat lebih mencairkan hubungan Rusia dengan Uni Eropa. Terbukti, Presiden Rusia Vladimir Putin, sebelum pemilu Ukraina digelar akhir pekan lalu, sudah menyatakan dukungannya kepada Poroshenko jika terpilih.
Malam menjelang pelantikannya, Poroshenko melakukan pembicaraan singkat dengan Putin di Prancis, ketika mereka menghadiri peringatan Perang Dunia II.
Menurut para pejabat Prancis, mereka berdua saling berjabat tangan dan sepakat beberapa hari lagi akan melakukan pembicaraan tentang gencatan senjata antara pasukan pemerintah melawan separatis pro-Rusia.
Putin mengatakan pihaknya menyambut baik usulan Poroshenko untuk mengakhiri konflik, namun dia tidak menjelaskan lebih jauh isi proposal itu dan menegaskan Ukraina harus menghentikan operasi militer "hukuman" atas separatis pro-Rusia.
Selalu unggul
Sebenarnya, terpilihnya Poroshenko sebagai presiden bukan sesuatu yang mengejutkan. Sejak awal dia selalu unggul dalam pemilihan di Ibu Kota Kiev dan 24 daerah lainnya di Ukraina.
Dia juga tidak pernah menghadapi banyak tantangan yang berarti dari para rival terdekatnya, yakni mantan PM Yulia Tymoshenko dan pemimpin Partai Radikal Oleg Lyashko.
Dalam pidato kemenangannya, Poroshenko mempertegas bahwa dia bertekad menjadi presiden yang kuat dan berusaha memenuhi harapan-harapan rakyat Ukraina. "Pertama yang harus kita lakukan adalah mewujudkan perdamaian bagi seluruh warga negara Ukraina," tegas Poroshenko.
Dia juga menyatakan bahwa daerah-daerah yang pertama akan dikunjungi setelah pelantikan adalah Donetsk dan Luhansk di wilayah timur yang diduduki pemberontak separatis.
Keberhasilan pengusaha permen cokelat itu bisa juga dikaitkan dengan teori lama, yakni memilih kandidat yang paling pragmatis dan fleksibel menempatkan kepentingan banyak orang di atas kepentingan pribadi.
Pria yang tidak berafiliasi dengan partai politik atau klan oligarki mana pun itu membiayai kampanye pemilihannya dengan uangnya sendiri. Dia dianggap sebagai politikus independen yang berani mengambil keputusan sendiri.
"Para pemilih juga melihat pengalaman Poroshenko di kancah internasional, kepandaian dalam berkomunikasi, dan ketegaran dalam pendirian," kata pengamat politik independen Volodymyr Tsybulko.
Keputusan Poroshenko untuk mempertahankan PM Arseny Yatsenyuk dan rekan lama Yulia Tymoshenko dinilai oleh para pakar sebagai bukti bahwa ia memiliki kemampuan untuk berkompromi.
Presiden yang tergolong muda ini juga berjanji untuk mendekatkan Ukraina kepada Eropa dan mengadakan perundingan dengan Rusia. Terkait perusahaannya, dalam beberapa kesempatan, Poroshenko berjanji untuk menjual Roshen Groupnya. Konon, raksasa perman Nestle dan Mars berebutan melirik Roshen. Yanuar Jatnika/Berbagai sumber
Pria berusia 48 tahun ini, pada Sabtu (7/6) pekan lalu, dilantik dan diambil sumpahnya sebagai presiden baru Ukraina menggantikan Presiden Viktor Yanukovych yang ditumbangkan oleh kelompok oposisi pro Uni Eropa. Dalam pemilihan presiden yang digelar pada 25 Mei lalu, Poroshenko memenangkan suara mayoritas dengan perolehan 54,7 persen.
Poroshenko bukan orang asing di jagat politik dan ekonomi Ukraina. SeperAFP, Minggu (8/6/2014), ia selama ini merupakan salah satu 10 orang terkaya di negerinya dengan kekayaan ditaksir US$ 1,6 miliar atau 1,2 miliar Euro atau sekitar Rp 16 triliun berdasarkan majalah Forbes pada Maret 2012.
ti dikutip dari
Poroshenko lahir di kota Bolhrad, Oblast Odessa, pada 26 September 1965 dan dibesarkan di kota Vinnytsia di Ukraina tengah. Pada tahun 1989, ia lulus dari jurusan ekonomi departemen hubungan internasional dan hukum (Kini menjadi Institut Hubungan Internasional) di Universitas Negeri Kiev.
Setelah lulus, Poroshenko merintis bisnis penjualan biji kakao. Pada tahun 1990-an, ia mengambil alih beberapa perusahaan permen yang kemudian disatukan menjadi grup Roshen Confectionary Corporation (RCC), perusahaan produsen permen terbesar di Ukraina bahkan di Eropa Timur dengan produksi 450.000 ton permen per tahun. Kesuksesannya di industri permen membuatnya dijuluki "Raja Cokelat".
Sukses di bisnis coklat, Poroshenko lantas merambah berbagai bidang bisnis, antara lain usaha pembuatan mobil dan bus, galangan kapal, jaringan TV. Awalnya, sejumlah bisnis tersebut dissatukan di berbagai holding, seperti Grup Bogdan, Grup Roshen, Lima Kanal, dam Leninska Kuznya. Namun, pada April 2012, semua bisnisnya disatukan hanya di Roshen Group.
Roshen punya empat pabrik di Ukraina (Kiev, Vinnitsa, Mariupol dan Kremenchuk), dua di Rusia (Lipetsk), satu di Lithuania (Klaipeda), satu di Hongaria (Budapest). Produk-produk Roshen menguasai pasar negara-negara bekas Uni Sovyet dan Eropa Timur.
Masuk Politik
Sedangkan kiprahnya di dunia politik dimulai pada tahun 1998 sebagai anggota parlemen pendukung setia Presiden Leonid Kuchma. Poroshenko menjabat sebagai Menteri Luar Negeri sejak 2009 sampai 2010, dan Menteri Pembangunan Ekonomi dan Perdagangan pada tahun 2012. Sejak 2007 sampai 2012, ia menjadi ketua Dewan Bank Nasional Ukraina.
Sebagai pebisnis tajir, setelah menduduki kursi presiden, Poroshenko kemungkinan lebih pragmatis dan luwes. Ia pun diharapkan dapat lebih mencairkan hubungan Rusia dengan Uni Eropa. Terbukti, Presiden Rusia Vladimir Putin, sebelum pemilu Ukraina digelar akhir pekan lalu, sudah menyatakan dukungannya kepada Poroshenko jika terpilih.
Malam menjelang pelantikannya, Poroshenko melakukan pembicaraan singkat dengan Putin di Prancis, ketika mereka menghadiri peringatan Perang Dunia II.
Menurut para pejabat Prancis, mereka berdua saling berjabat tangan dan sepakat beberapa hari lagi akan melakukan pembicaraan tentang gencatan senjata antara pasukan pemerintah melawan separatis pro-Rusia.
Putin mengatakan pihaknya menyambut baik usulan Poroshenko untuk mengakhiri konflik, namun dia tidak menjelaskan lebih jauh isi proposal itu dan menegaskan Ukraina harus menghentikan operasi militer "hukuman" atas separatis pro-Rusia.
Selalu unggul
Sebenarnya, terpilihnya Poroshenko sebagai presiden bukan sesuatu yang mengejutkan. Sejak awal dia selalu unggul dalam pemilihan di Ibu Kota Kiev dan 24 daerah lainnya di Ukraina.
Dia juga tidak pernah menghadapi banyak tantangan yang berarti dari para rival terdekatnya, yakni mantan PM Yulia Tymoshenko dan pemimpin Partai Radikal Oleg Lyashko.
Dalam pidato kemenangannya, Poroshenko mempertegas bahwa dia bertekad menjadi presiden yang kuat dan berusaha memenuhi harapan-harapan rakyat Ukraina. "Pertama yang harus kita lakukan adalah mewujudkan perdamaian bagi seluruh warga negara Ukraina," tegas Poroshenko.
Dia juga menyatakan bahwa daerah-daerah yang pertama akan dikunjungi setelah pelantikan adalah Donetsk dan Luhansk di wilayah timur yang diduduki pemberontak separatis.
Keberhasilan pengusaha permen cokelat itu bisa juga dikaitkan dengan teori lama, yakni memilih kandidat yang paling pragmatis dan fleksibel menempatkan kepentingan banyak orang di atas kepentingan pribadi.
Pria yang tidak berafiliasi dengan partai politik atau klan oligarki mana pun itu membiayai kampanye pemilihannya dengan uangnya sendiri. Dia dianggap sebagai politikus independen yang berani mengambil keputusan sendiri.
"Para pemilih juga melihat pengalaman Poroshenko di kancah internasional, kepandaian dalam berkomunikasi, dan ketegaran dalam pendirian," kata pengamat politik independen Volodymyr Tsybulko.
Keputusan Poroshenko untuk mempertahankan PM Arseny Yatsenyuk dan rekan lama Yulia Tymoshenko dinilai oleh para pakar sebagai bukti bahwa ia memiliki kemampuan untuk berkompromi.
Presiden yang tergolong muda ini juga berjanji untuk mendekatkan Ukraina kepada Eropa dan mengadakan perundingan dengan Rusia. Terkait perusahaannya, dalam beberapa kesempatan, Poroshenko berjanji untuk menjual Roshen Groupnya. Konon, raksasa perman Nestle dan Mars berebutan melirik Roshen. Yanuar Jatnika/Berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar