ADA tiga hal penting untuk
memberantas korupsi, yakni sistem diperbaiki, kebebasan pers dan kesejahteraan
masyarakat ditingkatkan. Hal itu dikatakan Dr Tahir, pendiri dan pemilik Mayapada Grup, sebuah holding company
yang memiliki beberapa unit usaha meliputi perbankan, media cetak dan TV
berbayar, properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free
shopping (DFS).
Menantu pendiri Lippo Grup, Mochtar
Riady ini mencontohkan korupsi yang marak terjadi di negara China dan sulit
untuk dihilangkan. Pasalnya, katanya, meski pemerintahan China tegas dan tidak
pandang bulu terhadap korupsi, namun media di negeri Tirai Bambu tersebut
seolah menutup-nutupi.
“Memang pemerintahannya itu galak nangkepin orang (koruptor), tapi
medianya makin lama makin ditutup itu nggak bisa. Salah satu penanggulangan
korupsi itu, media dibutuhkan,” katanya.
Media, menurutnya, adalah elemen
penting untuk memberantas korupsi, karena media memiliki peran untuk
menyampaikan informasi terkini bagi semua orang. Menurutnya, sinergi antara
perbaikan sistem, kebebasan pers dan peningkatan kesejahteraan rakyat itu
mutlak diperlukan untuk memberantas korupsi.
Tahir memang merupakan pengusaha
yang tidak sekedar menumpuk kekayaan dan kebesaran usahanya, tapi ia juga
seorang filantropis, penderma yang sangat peduli terhadap pemberantasan
kemiskinan.
Tahun lalu, ia bergabung dalam
perkumpulan dermawan dunia, Giving Pledge.
Selain Tahir, ada enam orang lainnya yang juga bergabung yaitu Beth Klarman (Manajer
Hedge Fund Massachusetts), Liz dan Eric Lefkosfsky (investor besar yang juga
CEO Groupon), Richard Edwin dan Nancy Peery Marriot (Pendiri Hotel Marriot),
dan Hansjorg (Bioteknisi di Wyoming).
Giving
Pledge adalah klub sekumpulan orang kaya
dunia yang rela menyisihkan sebagian sampai seluruh hartanya demi kemanusiaan
ketimbang mewariskannya ke anak atau keluarganya. Klub tersebut juga bergabung
dengan para pendiri dari klub dermawan lainnya, seperti Bill dan Mellinda Gates, Warren
Buffet, Mark Zuckerberg, Vincent Tan dan Yuri Milner.
Tahir juga masuk jajaran ’48
Pahlawan Filantropis’ atau ’48 Heroes of Philanthropy’ versi majalah Forbes bersama perancang busana, Anne
Avantie; mantan wakil presiden, Jusuf Kalla, dan pemilik perusahaan jamu
Sidomuncul, Irwan Hidayat.
Saat terjadi banjir di Jakarta, ia
bersama Alim Markus (Maspion) dan Mochtar Riady (Lippo Group) ikut
menyumbangkan Rp 7 Miliar dalam bentuk pengadaan air bersih, buku dan juga
seragam sekolah bagi anak-anak korban banjir.
Namun, sumbangannya yang sangat
dikenal adalah US$ 75 Juta untuk The Global Fund untuk melawan TBC, HIV, dan
Malaria di Indonesia, bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation,
yayasan sosial milik miliader terkaya di dunia Bill Gates. Dari total
sumbangannya tersebut, US$ 10 Juta di antaranya digunakan untuk memperluas
akses kontrasepsi. Dengan bermitra bersama Bill & Melinda Gates Foundation,
sumbangannya dilipatgandakan menjadi US$ 150 Juta .
"Ini merupakan contoh
filantropi paling fenomenal, baik bagi Indonesia maupun regional," kata
Bill Gates.
Tahir
merangkul Gates karena percaya, berderma
pun perlu strategi dan ia percaya atas skema matching fund yang digagas Bill
Gates, yakni setiap donasi yang
dikeluarkan oleh mitra akan dilipatgandakan dua kali lipat. Contohnya, donasi
dari Tahir sebesar US$75 juta itu akhirnya beranak menjadi US$150 juta, dan
dikembalikan ke Indonesia sebagai salah satu negara penerima donasi.
Sesuai
kebijakan The Global Fund, sebuah negara hanya berhak menerima donasi apabila
ada seorang warga negara tersebut yang menjadi donatur ke The Global Fund. Dan
Tahir menjadi orang pertama serta satu-satunya yang menjadi donatur ke lembaga
ini.
Ingin jadi dokter
Tahir dilahirkan di Surabaya pada tahun
1952 di sebuah lingkungan yang rata-rata warganya tergolong tidak mampu. Dia
dikenal sebagai pengusaha ulet dan memiliki bisnis yang cukup beraneka ragam
dan kesemuanya sukses. Saat krisis ekonomi 1998 menghantam negeri, banyak bank
pemerintah maupun swasta yang ambruk. Namun di tengah situasi berbahaya seperti
itu, Bank Mayapada tetap bertahan, malah masuk ke pasar Saham Bursa Efek Jakarta. Aktivitas perbankan Bank
Mayapada tidak lumpuh karena ia tidak mengambil kredit dari bank asing sebesar
bank-bank di Indonesia pada waktu itu. Bank Mayapada saat itu masih berfokus
pada pengucuran kredit usaha kecil.Ingin jadi dokter
Kini Tahir tercatat sebagai orang
terkaya ke-12 di Indonesia. Harta kekayaannya saat ini mencapai US$2 miliar
atau setara Rp 19 trilyun. Setelah sukses dalam bisnis, Tahir rupanya tetap
memelihara keinginannya menjadi dokter, namun dalam bentuk yang berbeda, yakni membangun
rumah sakit Mayapada di Tangerang dan Jakarta Selatan. Melalui rumah sakit ini,
Tahir memudahkan akses pelayanan kesehatan bagi anak dan orang tidak mampu.
Pada peresmiannya, Rumah Sakit ini memberi pelayanan operasi jantung gratis
bagi 100 pasien.
Dalam artikel pribadinya di kanal blog
"The Big Push", sebuah
portal blog rancangan Huffington Post
dan The Global Fund, Tahir mengatakan,
“…..walaupun saya gagal menjadi dokter karena tidak memiliki dana yang cukup
untuk melanjutkan pendidikan, tetapi saya masih lebih beruntung dibandingkan
dengan kondisi jutaan anak-anak lain di negara-negara berkembang di Afrika,
Asia dan Pasifik Barat yang terpaksa masuk ke dalam lingkaran kemiskinan
ekstrim ketika orangtua mereka sakit atau meninggal, dan jutaan lainnya
menderita penyakit yang tidak dapat dicegahnya karena faktor lingkungan serta
infrastruktur kesehatan yang kurang.
...Itulah mengapa saya telah memutuskan untuk
menginvestasikan US $ 65 juta melalui Lembaga Donor Global untuk Memerangi
AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Ketika Global Fund
diciptakan satu dekade yang lalu, kejadian HIV meningkat di seluruh dunia, dan
obat yang digunakan untuk mengobati virus masih mahal. Malaria membunuh satu
juta orang setiap tahun, dengan kematian terkonsentrasi di antara wanita hamil dan
anak-anak di bawah usia lima tahun. Lebih dari dua juta orang meninggal akibat
TBC karena mereka tidak memiliki akses murah pengobatan murah kelas satu. Sejak
itu, saya melihat Global Fund telah memainkan peran penting dalam
penanggulangan penyebaran epidemi ini. Kini di seluruh dunia, kejadian HIV
telah menurun sepertiga, dan biaya obat HIV telah menurun lebih dari 99 persen”.
Tahir juga menyumbang
kepada National University of Singapore (NUS) sebesar seperempat triliun
rupiah. Donasi itu ia baktikan pada kesinambungan riset pada lembaga
pengembangan ilmu kedokteran di NUS . Ia juga mengucurkan US$ 3,27 juta untuk
beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu yang tersebar di sepuluh perguruan tinggi
di seluruh Indonesia. Untuk bantuan di pendidikan menengah se-nusantara, Tahir memberi bantuan 10.000 komputer jinjing (laptop) dengan total nilai US$ 3 juta bagi
lima bintang kelas teratas yang berasal dari keluarga tidak mampu. Ia juga
memberi beasiswa bagi mahasiswa-mahasiswa Peking University dan Haas School of
Business yang berasal dari Asia Pasifik. Yanuar Jatnika/Berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar